Oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.- Roma 5:8
Ini mengisahkan tentang seorang guru yang bercerita tentang semut yang bekerja keras selama musim panas, sementara si belalang pula hanya menghabiskan waktu untuk bermain-main dan sama sekali tidak bekerja. Ketika musim dingin datang, belalang kelaparan dan karena ia sama sekali tidak memiliki makanan, maka ia datang kepada semut dan meminta makanan. Lalu guru itu memberikan tugas kepada murid-muridnya, "Murid-murid sekalian, disebabkan kelas ini adalah matapelajaran penulisan, maka tugas anda adalah menulis kesudahan akhir cerita tersebut."
Ketika kertas mulai dikumpulkan, kebanyakan murid menulis bahwa semut itu tidak mau memberikan makanannya kepada belalang dan membiarkan belalang itu mati kelaparan. Tapi seorang murid menulis akhir cerita tersebut dengan menarik : Semut itu memberikan semua makanannya kepada belalang sehingga belalang itu boleh bertahan hidup, tetapi si semut itu mati. Yang lebih menariknya, di bahagian paling bawah ia melukis salib dan menulis, "Dia memberikan segalanya untuk kita supaya kita beroleh hidup."
Rasanya tidak masuk akal ketika membaca bahawa si semut mengorbankan dirinya hanya untuk menyelamatkan si belalang yang malas itu. Tapi bukankah hal yang sama Tuhan lakukan bagi kita? Kita adalah orang berdosa dan penuh dengan kejahatan, layak kalau kita dihukum. Melihat record kita, jelas kita sama sekali tidak layak untuk diselamatkan. Namun uniknya, Yesus menyelamatkan kita justru pada waktu kita dalam keadaan berdosa seperti itu. Yesus mati agar kita hidup! Yang benar dibuat menjadi berdosa supaya yang berdosa bisa dibenarkan! Bukankah ini sangat tidak masuk akal? Tetapi itulah yang Yesus lakukan untuk menyelamatkan kita, samalah seperti cerita semut dan belalang itu.
Jika saya meminta kepada Anda untuk melanjutkan cerita semut dan belalang itu, cerita apakah yang akan Anda tulis? Seharusnya kita menulis : Belalang itu
terharu dengan pengorbanan si Semut. Ia bertobat dari kemalasannya, hidupnya berubah dan ia begitu menghargai arti sebuah anugerah. Bukankah menyedihkan
ketika cerita itu menjadi seperti ini : Belalang itu berterima kasih kepada semut yang sudah mati. Tertawa senang dan menghabiskan hidupnya dengan bermalas-
malasan lagi karena siapa tahu ada semut lain lagi yang mau mati untuknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar